Minggu, 29 November 2009

Akselerasi ! Benarkah itu jalan yang tepat untuk mereka?

Akselerasi adalah salah satu program yang dicanangkan oleh pemerintah sebagai lahan untuk siswa yang memiliki kemampuan yang lebih. Dikutip dari kata-kata salah seorang guru pengampu salah satu mata pelajaran di kelas akselerasi yang mengatakan bahwa siswa ekselerasi pada umumnya mempunyai ciri khas tersendiri, unik, jika dibandingkan dengan siswa kelas regular. Begitu pun dengan pendapat sebagian siswa regular terhadap siswa akselerasi.
Akselerasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia secara singkat diartikan sebagai percepatan. Menurut (Latifah, 2006) akselerasi adalah “program layanan pendidikan yang diberikan kepada siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa untuk menyelesaikan masa belajarnya lebih cepat dari siswa yang lain (reguler). Menurut Hawadi (2004 : 121) istilah akselerasi dalam program ini berarti diartikan: “meningkatkan kecepatan waktu dalam menguasai materi yang dipelajari, yang dilakukan pada kelas khusus. Program akselerasi dapat diartikan dengan seperangkat kegiatan pendidikan yang diatur sedemikian rupa, sehingga dapat dilaksanakan oleh anak didik yang memiliki potensi kecerdasan yang lebih dari siswa lain dalam waktu yang lebih singkat dari biasanya”.
Beberapa tahun terakhir banyak digembar-gemborkan diadakannya program akselerasi di sekolah-sekolah. Kita ambil contoh ekselerasi di SMA, dimana masa SMA yang sewajarnya ditempuh selama tiga tahun akan dijalani selama dua tahun di kelas akselerasi. Dari pengertian tersebut kita tangkap suatu rumus bahwa siswa akselerasi adalah mereka yang mempunyai IQ diatas rata-rata. Penyaringan masuk program akselerasi pun berdasarkan hasil tes IQ yang disertai kemauan dan kesanggupan siswa. Proses penyaringan yang melalui beberapa tahap, antara lain : tes kemampuan (mengerjakan soal), tes IQ, dan wawancara. Sehingga didapatkan kemantapan atas penyaringan yang begitu ketat.
Namun sangat disayangkan, ketika “produk aksel” sebutan bagi mereka lulusan akselerasi tidak lebih baik dari pada temannya yang mengikuti program kelas regular. Hasil tes IQ yang tinggi tidak menjamin kesuksesan mereka dalam menempuh masa-masa ke-aksel-an mereka. Ketika tingginya IQ tidak diimbangi dengan kecerdasan emosi dan spiritual yang tinggi pula akan sangat buruk akibatnya. Hal itu justru akan menghambat mereka dalam menyesuaikan diri secara psikis terhadap lingkungan, yang akan mengganggu konsentrasi mereka dalam menerima pemadatan materi pelajaran. Dengan begitu hasil yang mereka dapatkan dapat dikatakan tidak lebih baik atau sama dengan hasil yang didapatkan olah siswa kelas regular. Mereka yang lahir prematur itu dirasa kurang siap secara mental dalam menghadapi dunia pendidikan tingkat atasnya, dimana faktor kedewasaan pola pikir lebih dituntut untuk bisa bergaul dengan teman yang memang lebih dewasa dari pada mereka.
Bahasan selanjutnya mengenai timbangan antara IQ, SQ, dan EQ yang harus dilirik ketika memasuki wilayah akselerasi. Ketiga macam kecerdasan tersebut harus seimbang. Karena perbedaan yang tajam diantara tingat ketiga kecerdasan tersebut akan sangat mengganggu belajar mereka. Toh, ketika dikatakan bahwa belum ada tes yang baku untuk mengukur seberapa besar tingkat SQ dan EQ seseorang, namun setidaknya diri kita sendiri yang harus senantiasa mengasahnya dan kita pun mengetahui sampai tingkat mana kecerdasan emosi dan spiritual kita melalui instropeksi diri. Hal ini lah yang harus benar-benar diketahui oleh para calon warga aksel sebelum menginjakkan kaki di wilayah serba padat tersebut. Karena di dalam kehidupan keseharian anak aksel akan banyak dituntut untuk serba cepat, cepat dalam memahami materi pelajaran yang dipadatkan, cepat dalam mengerjakan tugas, ataupun cepat dalam berpikir,mengambil keputusan,dan bertindak. Ketika mental kita tidak kuat, kejenuhan yang luar biasa akan dirasa ketika yang dihadapi hanyalah penumpukan tugas dan pemadatan materi, tugas - belajar -tugas - belajar- tugas…dst. Dan dapat mencapai titik jenuh yang rawan ketika secara psikis mereka merasa tertekan dan terlalu terbebani, hal itu menjadi indikasi bahwa kecerdasan emosi dan spiritualnya tidak mengimbangi kecerdasan intelegensinya.
Menjawab judul diatas. Jalan akselerasi dapat dikatakan tepat bagi mereka jika mereka benar-benar menyadari ‘siapa mereka’ sebelum mencicipi perjalanan ke-aksel-en tersebut. Serta dapat dikatakan tidak tepat bagi mereka yang belum menyadari ‘siapa mereka’ dan hanya mengincar jalan itu sebagai jalan pintas mempersingkat untuk waktu tempuh.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kula aturi absen rumiyin...