Sabtu, 08 Agustus 2009
Dinginnya malam belum begitu terasa menusuk tulang rusukku. Ketika aku ada di depan meja ini. Hanya seorang diri, walau di depan sana banyak teman-teman yang meneriakan kata-kata yang membuat telingaku ingin merekam semua. Ya, aku merasa aku adalah sepotong kain lusuh yang tak tau apa-apa, bahkan tekstur dan motifku pun aku tak tau. Diam, sesekali tertawa lirih. Memainkan keyboard yang ada di depanku, memilih dan memutar musik. Ya, mungkin Cuma ini yang bisa aku lakuin disini.
Di bawah temaram sinar bulan purnama malam ini. Disini aku, di atas kursi plastik berwarna hijau dan tas hitam milik kakakku. Ya, karena badanku yang
imut ini aku butuh sesuatu untuk mempertinggi dudukku agar bisa dengan mudah melihat layar gadget di depanku. Malam semakin mencengkeram kedua betisku. Dingin memang. Menambah daftar panjang rangsangan yang harus direspon oleh saraf hati dan perasaanku. Entah mengapa aku menuliskan deretan kata-kata yang semrawut ini. Seakan jejariku ringan menari di atas keyboard, tanpa paksaan dan juga tujuan yang pasti. Entah, di bawah temaram bulan purnama ini.
Aku katakana padanya, aku Cuma pengen nulis. Apapun yang ada di pikiranku. Kubiarkan semua mengalir begitu saja. Biarkan aku menuliskan ini untuknya, untuk bulan diatas sana, yang seakan menemaniku dalam dinginnya malam. Di depan sana rame, di sini riuh musik mengguncang barisan semut yang kedinginan di kaki meja. Tapi yang aku rasakan hanya satu, Bingung. Adonan yang memusingkan, Antara perasaan suka, sedih, sebel, jengkel, mencoba tersenyum, mencoba tertawa, mencoba bersinar seperti bulan di atas sana. Apa ada yang mau tau??? Tentu saja tidak. Aku tau itu.
Sesekali bulan bersembunyi di balik awan, mungkin dia bosan menemani aku yang sedari tadi hanya termangu. Guyonan yang membosankan memang. Dari awal hingga akhir cerita tak ada secuil pun yang saling berkaitan. Hanya sepenggal-sepenggal, yang mungkin tak pernah mereka pahami, Layaknya rasaku. Huh,, ini hidupku, semuanya special, hanya untukku. Oke.
Jutaan lagu telah melalui telingaku. Terkesan berlebihan memang. Semua yang kutulis disini hanya untaian kata yang diambil dari kisah yang biasa dan dibungkus dengan keinginan utuk menjadikan sedikit puitis hingga terkesan dramatis. Sulit memang untuk mengatakan dengan jelas.
Aku katakana padanya, sekali lagi, aku Cuma pengen nulis. Itu saja.
Lima menit lagi, jam dipojok layar akan menunjukan pukul sepuluh malam. Dan aku masih sama, dibawah temaram bulan purnama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kula aturi absen rumiyin...