Senin, 30 November 2009

ijinkan aku melupakanmu

Wahai engkau yang pernah singgah di lubuk hatiku,
izinkan aku untuk melupakanmu,
akan kuhapus memori indah yang pernah terjadi dahulu.

Biarkan aku melangkah dengan pijakan pada kakiku,
jangan kau sandungi dengan beban kenangan,
yang akan membelenggu langkahku,
yang akan menghancurkan harapanku.

Ya, izinkan aku untuk melupakanmu,
sepenuh hati,
segenap jiwaku,
seluruh perasaanku...

Minggu, 29 November 2009

Akselerasi ! Benarkah itu jalan yang tepat untuk mereka?

Akselerasi adalah salah satu program yang dicanangkan oleh pemerintah sebagai lahan untuk siswa yang memiliki kemampuan yang lebih. Dikutip dari kata-kata salah seorang guru pengampu salah satu mata pelajaran di kelas akselerasi yang mengatakan bahwa siswa ekselerasi pada umumnya mempunyai ciri khas tersendiri, unik, jika dibandingkan dengan siswa kelas regular. Begitu pun dengan pendapat sebagian siswa regular terhadap siswa akselerasi.
Akselerasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia secara singkat diartikan sebagai percepatan. Menurut (Latifah, 2006) akselerasi adalah “program layanan pendidikan yang diberikan kepada siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa untuk menyelesaikan masa belajarnya lebih cepat dari siswa yang lain (reguler). Menurut Hawadi (2004 : 121) istilah akselerasi dalam program ini berarti diartikan: “meningkatkan kecepatan waktu dalam menguasai materi yang dipelajari, yang dilakukan pada kelas khusus. Program akselerasi dapat diartikan dengan seperangkat kegiatan pendidikan yang diatur sedemikian rupa, sehingga dapat dilaksanakan oleh anak didik yang memiliki potensi kecerdasan yang lebih dari siswa lain dalam waktu yang lebih singkat dari biasanya”.
Beberapa tahun terakhir banyak digembar-gemborkan diadakannya program akselerasi di sekolah-sekolah. Kita ambil contoh ekselerasi di SMA, dimana masa SMA yang sewajarnya ditempuh selama tiga tahun akan dijalani selama dua tahun di kelas akselerasi. Dari pengertian tersebut kita tangkap suatu rumus bahwa siswa akselerasi adalah mereka yang mempunyai IQ diatas rata-rata. Penyaringan masuk program akselerasi pun berdasarkan hasil tes IQ yang disertai kemauan dan kesanggupan siswa. Proses penyaringan yang melalui beberapa tahap, antara lain : tes kemampuan (mengerjakan soal), tes IQ, dan wawancara. Sehingga didapatkan kemantapan atas penyaringan yang begitu ketat.
Namun sangat disayangkan, ketika “produk aksel” sebutan bagi mereka lulusan akselerasi tidak lebih baik dari pada temannya yang mengikuti program kelas regular. Hasil tes IQ yang tinggi tidak menjamin kesuksesan mereka dalam menempuh masa-masa ke-aksel-an mereka. Ketika tingginya IQ tidak diimbangi dengan kecerdasan emosi dan spiritual yang tinggi pula akan sangat buruk akibatnya. Hal itu justru akan menghambat mereka dalam menyesuaikan diri secara psikis terhadap lingkungan, yang akan mengganggu konsentrasi mereka dalam menerima pemadatan materi pelajaran. Dengan begitu hasil yang mereka dapatkan dapat dikatakan tidak lebih baik atau sama dengan hasil yang didapatkan olah siswa kelas regular. Mereka yang lahir prematur itu dirasa kurang siap secara mental dalam menghadapi dunia pendidikan tingkat atasnya, dimana faktor kedewasaan pola pikir lebih dituntut untuk bisa bergaul dengan teman yang memang lebih dewasa dari pada mereka.
Bahasan selanjutnya mengenai timbangan antara IQ, SQ, dan EQ yang harus dilirik ketika memasuki wilayah akselerasi. Ketiga macam kecerdasan tersebut harus seimbang. Karena perbedaan yang tajam diantara tingat ketiga kecerdasan tersebut akan sangat mengganggu belajar mereka. Toh, ketika dikatakan bahwa belum ada tes yang baku untuk mengukur seberapa besar tingkat SQ dan EQ seseorang, namun setidaknya diri kita sendiri yang harus senantiasa mengasahnya dan kita pun mengetahui sampai tingkat mana kecerdasan emosi dan spiritual kita melalui instropeksi diri. Hal ini lah yang harus benar-benar diketahui oleh para calon warga aksel sebelum menginjakkan kaki di wilayah serba padat tersebut. Karena di dalam kehidupan keseharian anak aksel akan banyak dituntut untuk serba cepat, cepat dalam memahami materi pelajaran yang dipadatkan, cepat dalam mengerjakan tugas, ataupun cepat dalam berpikir,mengambil keputusan,dan bertindak. Ketika mental kita tidak kuat, kejenuhan yang luar biasa akan dirasa ketika yang dihadapi hanyalah penumpukan tugas dan pemadatan materi, tugas - belajar -tugas - belajar- tugas…dst. Dan dapat mencapai titik jenuh yang rawan ketika secara psikis mereka merasa tertekan dan terlalu terbebani, hal itu menjadi indikasi bahwa kecerdasan emosi dan spiritualnya tidak mengimbangi kecerdasan intelegensinya.
Menjawab judul diatas. Jalan akselerasi dapat dikatakan tepat bagi mereka jika mereka benar-benar menyadari ‘siapa mereka’ sebelum mencicipi perjalanan ke-aksel-en tersebut. Serta dapat dikatakan tidak tepat bagi mereka yang belum menyadari ‘siapa mereka’ dan hanya mengincar jalan itu sebagai jalan pintas mempersingkat untuk waktu tempuh.


Peran IQ, EQ, dan SQ pada Kesuksesan

kesuksesan seseorang tidak hanya ditentukan oleh kemampuan otak dan daya pikir semata, malah lebih banyak ditentukan oleh kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ). Tentunya ada yang salah dalam pola pembangunan SDM selama ini, yakni terlalu mengedepankan IQ, dengan mengabaikan EQ dan SQ. Oleh karena itu kondisi demikian sudah waktunya diakhiri, di mana pendidikan harus diterapkan secara seimbang, dengan memperhatikan dan memberi penekanan yang sama kepada IQ, EQ dan SQ.
Pendidikan sekolah bukan lagi satu-satunya tumpuan keberhasilan seseorang dalam meraih kebahagiaan. Sistem pendidikan yang dikenal selama ini hanya menekankan pada nilai akademik, kecerdasan otak saja. Siswa dituntut belajar mulai sekolah dasar hingga perguruan tinggi sekedar supaya memeroleh nilai bagus yang dapat dijadikan bekal mencari pekerjaan. Kecerdasan IQ ditengarai tidak berjalan seimbang dengan dua kecerdasan lainnya, yakni kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual. Di sisi lain, dijumpai kekerasan dan penyimpangan perilaku. Keahlian dan pengetahuan saja tidaklah cukup, perlu ada pengembangan kecerdasan emosi, seperti inisiatif, optimis, kemampuan beradaptasi. EQ dengan garis hubung antara manusia dengan manusia yang lain. Sedangkan SQ, hubungan manusia dengan Tuhan. Tiga kecerdasan tersebut tidak bisa dipisahkan. Ketika seseorang berhasil meraih kesuksesan dengan memaksimalkan IQ dan EQ, seringkali ada perasaan hampa dalam kehidupan batinnya, karena mereka tidak memuat SQ.
Peran IQ, EQ, dan SQ diantaranya dapat meningkatkan motivasi karyawan dalam bekerja. Bahkan bisa merubah budaya ketidakdisplinan menjadi disiplin dan meningkatkan rasa tanggung jawab karyawan terhadap perusahaan tempat ia bekerja. Metodologi training yang diterapkan akan menuntun peserta membangkitkan 7 nilai dasar, yakni kejujuran, keadilan, kedisiplinan, tanggung jawab, visioner, kerjasama, dan kepedulian. Tujuh nilai dasar itu sebenarnya sudah ada dalam diri manusia. Sehingga melalui pelatihan akan menghasilkan peningkatan secara berkesinambungan dan berkelanjutan seumur hidup.
Kecerdasan merupakan salah satu anugerah besar dari Allah SWT kepada manusia, gunakanlah kecerdasan itu dengan sebaik-baiknya dalam hal kebajikan. Sebagai pendidik (calon pendidik), dalam mewujudkan diri sebagai pendidik yang profesional dan bermakna, tugas kemanusiaan kita adalah berusaha membelajarkan para peserta didik untuk dapat mengembangkan segenap potensi (fitrah) kemanusian yang dimilikinya, melalui pendekatan dan proses pembelajaran yang bermakna (SQ), menyenangkan (EQ) dan menantang atau problematis (IQ), sehingga pada gilirannya dapat dihasilkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas baik dari otak maupun hatinya.Untuk menjadi seorang pribadi yang sukses kita harus mampu menggabungkan dan mensinergikan IQ, EQ, dan SQ. Ilmu tanpa hati adalah buta, sedangkan ilmu tanpa hati dan jiwa adalah hampa. Ilmu, hati, dan jiwa yang bersinergi itulah yang memberikan makna.


Penerapan IQ, EQ, dan SQ dalam Kehidupan

Sekarang ini kebanyakan manusia menganggurkan kecerdasan yang mereka miliki. Punya mata hanya untuk melihat tetapi tidak untuk memperhatikan, punya perasaan hanya untuk merasakan tetapi tidak untuk menyadari, punya telinga hanya untuk mendengar tetapi tidak untuk mendengarkan dan seterusnya. Oleh sebab itu, berbagai kecerdasan yang dimiliki haruslah dipergunakan dengan sebaik-baiknya dan jangan sampai disia-siakan.
IQ, EQ, dan SQ bisa digunakan dalam mengambil keputusan tentang hidup kita. Seperti yang kita alami setiap hari, keputusan yang kita buat berasal dari berbagai proses, diantaranya:
a. Merumuskan keputusan.
b. Menjalankan keputusan tersebut.
c. Menyikapi hasil pelaksanaan keputusan itu.
Rumusan keputusan itu seyogyanya didasarkan pada fakta yang kita temukan di lapangan realita (apa yang terjadi), bukan berdasarkan pada kebiasaan atau preferensi pribadi suka atau tidak suka.
Kita bisa menggunakan IQ yang menonjolkan kemampuan logika berpikir untuk menemukan fakta obyektif, akurat, dan untuk memprediksi resiko, melihat konsekuensi dari setiap pilihan keputusan yang ada. Rencana keputusan yang hendak kita ambil merupakan hasil dari penyaringan logika, juga tidak bisa begitu saja diterapkan, semata-mata demi kepentingan dan keuntungan diri kita sendiri. Bagaimana pun, kita hidup bersama dan dalam proses interaksi yang konstan dengan orang lain. Oleh sebab itu, salah satu kemampuan EQ, yaitu kemampuan memahami (empati) kebutuhan dan perasaan orang lain menjadi faktor penting dalam menimbang dan memutuskan. Kemudian dengan SQ kita dapat menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, serta untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup apa yang lebih bermakna supaya tidak sia-sia.
Banyak fakta dan dinamika dalam hidup ini yang harus dipertimbangkan. Kita pun sering menjumpai kenyataan, bahwa faktor human touch, turut mempengaruhi penerimaan atau penolakan seseorang terhadap kita (perlakuan kita, ide-ide atau bahkan bantuan yang kita tawarkan pada mereka). Salah satu contoh kongkrit, di Indonesia, budaya “kekeluargaan” sangat kental mendominasi dan mempengaruhi perjanjian bisnis, atau bahkan penyelesaian konflik. Ini merupakan salah satu pengaplikasian orang yang menggunakan IQ, EQ dan SQ dalam mengambil keputusan.
Perlu diakui bahwa IQ, EQ dan SQ adalah perangkat yang bekerja dalam satu kesatuan sistem yang saling terkait (interconnected) di dalam diri kita, sehingga tak mungkin juga kita pisah-pisahkan fungsinya. Berhubungan dengan orang lain tetap membutuhkan otak dan keyakinan sama halnya dengan keyakinan yang tetap membutuhkan otak dan perasaan. Meskipun keputusan yang dibuat harus berdasarkan pengetahuan dan keyakinan sekuat batu karang, tetapi dalam pelaksanaannya, perlu dijalankan se-fleksibel orang berenang.
Aplikasi keputusan dengan IQ, EQ, dan SQ ini hanyalah satu dari sekian tak terhitung cara hidup, dan seperti kata Bruce Lee, strategi yang paling baik adalah strategi yang kita temukan sendiri di dalam diri kita. “Kalau kamu berkelahi hanya berpaku pada penggunaan strategi yang diajarkan buku di kelas, namanya bukan berkelahi (tetapi belajar berkelahi)”.
Kecerdasaan Intelektual ( IQ ) anak telah ditumbuh kembangkan di sekolah, misalnya melatih keterampilan teknis dan pengetahuan ilmiah anak. Lalu, bagaimana dengan EQ dan SQ ?
 Melatih Kecerdasan Emosi Anak
Kini orang tua semakin peduli dengan karakter anak. Para orang tua semakin sadar dan yakin bahwa keberhasilan anak tidak lagi cukup dengan ketrampilan teknis dan pengetahuan ilmiah, namun juga dengan kemampuan pengendalian diri dan hidup bermasyarakat.
Secara garis besar ada dua hal utama dalam kecerdasan emosi, yaitu :
1. Mengenalkan dan mengajarkan berbagi jenis emosi kepada anak
Tips sederhana dalam mengajarkan kecerdasan emosi adalah dengan sering menyebutkan berbagai jenis emosi kepada anak. Misalnya anak sedang cemberut, maka sebagai orang tua kita dapat menegaskan situasi emosi tersebut kepada anak, misalnya dengan menanyakan, “Adik cemberut, apa sedang kesal? Adik kesal apa karena Ibu melarang nonton TV?” Dengan demikian anak dipandu untuk terbiasa mengenali kondisi emosi dirinya dan penyebab munculnya emosi itu.
2. Mengelola emosi
Setelah anak tersebut tahu berbagai macam emosi yang ada pada diri seseorang, langkah selanjutnya adalah mengajarkan kepada anak bagaimana mengelola emosi tersebut.
Tips sederhana untuk mengelola emosi adalah Ketika orang tua marah, sedih, bingung, kesal, gembira, dan situasi emosi lainnya, orang tua juga perlu menyampaikan alasannya. Misalnya, seorang anak bermain dan tidak membereskan mainannya setelah selesai, sang Ibu bisa berkata, “Adik, Ibu sangat kesal melihat mainan yang berantakan, karena Ibu menjadi repot membereskannya. Ibu akan senang kalau Adik membantu Ibu membereskan mainan sendiri.” Dengan pernyataan itu sang anak akan belajar mengenali situasi emosi ibunya (kesal), sebab munculnya (mainan berantakan), dan mengapa sebab tersebut menyebabkan munculnya emosi tertentu (kesal karena repot membereskannya). Perlu ditunjukkan ekspresi yang sesuai dengan emosi saat melatih anak kecil (kalau kesal ya jangan tersenyum, namun tunjukkan wajah serius dan cemberut). Semakin dewasa nanti semakin mungkin menyampaikan emosi dengan ekspresi yang berlawanan misalnya dalam bentuk sindiran (kesal, namun tersenyum).
Apabila anak sedari dini usia telah sering dilatih untuk peka dalam mengenali emosi, maka semakin dewasa akan semakin mudah mengenali emosi, dan akhirnya dapat menyesuaikan sikapnya dengan situasi emosi yang ada.
 Melatih Kecerdasan Spiritual Anak
Jika anak balita memiliki SQ paling tinggi, dia jujur mengungkapkan sesuatu beradsarkan apa yang ada di lubuk hatinya. Bila tak suka, anak balita akan bilang tak suka, tak memanipulasi jawabannya. Sejalan bertambahnya usia, SQ akan menurun, karenanya orangtua harus terus mengajarkan anak untuk mengembangkan SQ-nya, misal mengajarkan anak bahwa kakak menolong adik bukan karena dilandasi kewajibannya sebagai kakak semata, namun dilandasi nilai kasih sayang pada adik.
Kemampuan IQ tinggi dengan dibarengi EQ belum cukup jika tidak dibarengi oleh SQ. Misalnya pada kasus mengejar uang dan jabatan dengan cara mengabaikan apakah intelektual dan emosi yang digunakan telah menyingggung atau merugikan orang lain.
Pakar Sosilog anak DR Howard Gardner dalam riset yang dilakukannya mendapati adanya kecerdasan anak yang majemuk. Dalam kesimpulannya, tidak ada anak bodoh dan pintar. "Yang ada anak yang menonjol dalam salah satu atau beberapa jenis kecerdasan" ujarnya.Sikap dan pengetahuan orangtuanyalah yang menentukan apakah potensi kecerdasan anak akan berkembang atau justru padam.


Keseimbangan IQ, EQ dan SQ dalam Perspektif Islam

Keseimbangan IQ, EQ dan SQ dalam Perspektif Islam

Kecerdasan intelektual adalah kemampuan intelektual, analisa, logika dan rasio. Berfikir adalah media untuk menambah perbendaharaan/khazanah otak manusia. Manusia memikirkan dirinya, orang-orang di sekitarnya dan alam semesta. Dengan daya pikirnya, manusia berupaya mensejahterakan diri dan kualitas kehidupannya. Pentingnya mendayagunakan akal sangat dianjurkan oleh Islam. Tidak terhitung banyaknya ayat-ayat al-Qur'an dan Hadis Rasulullah SAW yang mendorong manusia untuk selalu berfikir dan merenung. Redaksi al-Qur'an dan al-Hadis tentang berfikir atau mempergunakan akal cukup variatif. Ada yang dalam bentuk khabariah, insyaiyah, istifham inkary. Semuanya itu menunjukkan betapa Islam sangat concern terhadap kecerdasan intelektual manusia. Manusia tidak hanya disuruh memikirkan dirinya, tetapi juga dipanggil untuk memikirkan alam jagad raya. Dalam konteks Islam, memikirkan alam semesta akan mengantarkan manusia kepada kesadaran akan ke-Mahakuasaan Sang Pencipta (Allah SWT). Dari pemahaman inilah tumbuhnya Tauhid yang murni ."Agama adalah akal, tidak ada agama bagi orang yang tidak berakal" hendaknya dimaknai dalam konteks ini.
Kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi koneksi dan pengaruh yang manusiawi. Dapat dikatakan bahwa EQ adalah kemampuan mendengar suara hati sebagai sumber informasi. Kecerdasan emosional mengajarkan tentang integritas kejujuran komitmen, visi, kreatifitas, ketahanan mental kebijaksanaan dan penguasaan diri. Dalam bahasa agama , EQ adalah kepiawaian menjalin "hablun min al-naas". Pusat dari EQ adalah "qalbu". Keharusan memelihara hati agar tidak kotor dan rusak, sangat dianjurkan oleh lslam. Hati yang bersih dan tidak tercemar lah yang dapat memancarkan EQ dengan baik. Di antara hal yang merusak hati dan memperlemah daya kerjanya adalah dosa. Oleh karena itu ayat-ayat al-Qur'an dan Hadis Rasulullah SAW banyak bicara tentang kesucian hati.
kecerdasan spiritual merupakan kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui langkah- langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah dalam upaya menggapai kualitas dan ikhlas. Kalau EQ berpusat di hati, maka SQ berpusat pada "hati nurani" (Fuad/dhamir). Mengacu kepada paparan di atas, dapat ditegaskan bahwa Islam memberikan apresiasi yang tinggi terhadap SQ. Tinggal lagi bagaimana manusia memelihara SQ-nya agar dapat berfungsi optimal.
Oleh karena Islam memberikan penekanan yang sama terhadap " hablun min Allah " dan "hablun min al-naas ", maka dapat diyakini bahwa keseimbangan IQ, EQ dan SQ merupakan substansi dari ajaran Islam. Jika selama ini orang Islam sadar atau tidak, turut mengagungkan dan memberi penekanan terhadap pendidikan akal dengan mengenyampingkan pendidikan hati dan hati nurani berarti orang Islam telah mengabaikan semangat dan ajaran agamanya.
keseimbangan IQ, EQ dan SQ merupakan substansi dari ajaran Islam. Dengan IQ, manusia disuruh berfikir untuk hal yang positif, memikirkan kekuasaan Allah sehingga dapat mensyukurinya. Dengan EQ, manusia harus memelihara hati agar tidak kotor dan rusak, serta bersifat terpuji. Dengan SQ, manusia harus menempatkan perilaku dan hidupnya dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, mampu menilai bahwa tindakan mana yang bermanfaat dan tidak menimbulkan kemaksiatan.


IQ, EQ, dan EQ ???!! Apaan sih?

IQ , EQ , dan SQ

Kecerdasan yang paling utama dimiliki manusia adalah Kecerdasan Intelektual (IQ), Kecerdasan Emosional (EQ), dan Kecerdasan Spiritual (SQ). Berikut penjelasan secara rinci tentang kecerdasan-kecerdasan tersebut.

 Intelligent Quotient ( IQ )
1. Pengertian
Kecerdasan Intelektual atau Inteligensi adalah kemampuan potensial seseorang untuk mempelajari sesuatu dengan menggunakan alat-alat berpikir. Kecerdasan ini ditemukan pada tahun 1912 oleh William Stem yang digunakan sebagai pengukur kualitas seseorang. Kecerdasan ini terletak di otak bagian Cortex (kulit otak ). Kecerdasan ini adalah sebuah kecerdasan yang memberikan kita kemampuan untuk berhitung, beranalogi, berimajinasi, dan memiliki daya kreasi serta inovasi.
Ada dua faktor inteligensi yang terdapat pada seseorang, yaitu :
 General Ability
Kemampuan yang terdapat pada semua individu tapi dengan tingkatan yang berbeda satu sama lainnya.
 Special Ability
Kemampuan yang berkaitan dengan bidang tertentu.

2. Klasifikasi Inteligensi
a). Tes Inteligensi
Untuk mengetahui IQ (Intelligence Quotient) seseorang, dilakukan tes inteligensi. Tes inteligensi menghasilkan IQ. IQ menggambarkan tingkat inteligensi. Cara penentuan IQ adalah berdasar CA (chronological age, usia kronologis) dan MA (mental age, umur mental). MA adalah skor mentah yang diperoleh berdasar tes inteligensi.
b). Inteligensi rata-rata orang
Inteligensi sebagian besar orang tergolong average (rata-rata). Mereka dapat memperoleh penjelasan yang rasional. Dalam keadaan sakit, kecerdasan orang tak dapat berfungsi penuh. Perlu petunjuk yang praktis, tanpa penafsiran yang macam-macam. Banyak yang mempengaruhi intelegensi, antara lain: amnesia (lupa terhadap pengetahuan masa lalu). Orang yang kecelakaan dimungkinkan untuk menurun inteligensinya serta stroke juga mempengaruhi inteligensi seseorang.

 Emotional Quotient ( EQ )
Kecerdasan emosi adalah kapasitas, kemampuan, dan ketrampilan untuk menangkap atau menilai serta mengendalikan emosi diri sendiri, orang lain, dan kelompok. Akan tetapi, definisi akurat kecerdasan emosi masih merupakan rahasia yang belum terungkap dan masih berubah-ubah. Kecerdasan emosi merupakan suatu bangunan yang tersusun atas lima dimensi. Kelima dimensi itu adalah pengetahuan, pengelolaan hubungan, motivasi diri, empati dan pengendalian perasaan atau emosi. Kecerdasan ini di otak berada pada otak belakang manusia. Kecerdasan ini memang tidak mempunyai ukuran pasti seperti IQ, namun kita bisa merasakan kualitas keberadaannya dalam diri seseorang. Oleh karena itu EQ lebih tepat diukur dengan feeling.
Kecerdasan emosi penting untuk menangani situasi yang bermuatan emosi, suatu kondisi yang sering terjadi. Ini barangkali adalah bagian yang paling sulit dalam pengembangan kecerdasan seseorang. Muatan dari emosi negatif serta dampak dari kepercayaan diri, keberanian, dan kejujuran dapat diperoleh denganbaik melalui kecerdasan emosi. Keterampilan mengembangkan dan memanfaatkan kecerdasan emosi akan membentuk seperangkat kemampuan pokok yang mempengaruhi banyak isu bisnis yang vital bagi sensasi individu serta keberhasilan organisasi. Kecerdasan emosi merupakan faktor yang paling jelas mengatur pola kehidupan. Kecerdasan ini penting dalam pengelolaan emosi yang diperlukan untuk dapat membangun pola yang berhasil. Pengembangan kecerdasan emosi sangat penting bagi keberhasilan tingkah laku dan organisasi. Kecerdasan emosi merupakan penentu dalam pembentukan serta keberhasilan hubungan di masyarakat. Kecerdasan ini juga dapat menghilangkan perasaan takut, cemas, dan marah yang menghambat dalam pengendalian emosi.
Kompetensi utama kecerdasan emosi yang membuat seseorang memiliki kepribadian yang utuh adalah sebagai berikut.
1. Kesadaran-diri emosional
seberapa jauh kita mampu mengenali perasaan sendiri.
2. Ekspresi emosional
kemampuan mengekspresikan perasaan dan naluri.
3. Kesadaran akan emosi orang lain
kemampuan mendengarkan, merasakan atau mengintuisikan perasaan orang lain dari kata, bahasa tubuh, maupun petunjuk lain.
4. Kreativitas
berhubungan dengan berbagai sumberdaya non-kognitif yang dapat membantu menyalurkan ide baru, menemukan solusi alternatif dan cara efektif melakukan sesuatu.
5. Kegigihan/fleksibilitas/adaptabilitas
ulet dan tetap berhasrat serta berharap walaupun ada halangan.
6. Hubungan antarpribadi
menciptakan dan mempertahankan hubungan dengan orang-orang yang bersama kita supaya menjadi
realitas yang utuh.
7. Ketidakpuasan konstruktif
kemampuan tetap tenang dan
fokus dengan emosi yang tidak meningkat sekalipun dalam perselisihan.
8. Wawasan/ Optimisme
berpikir positif dan optimistik.
8. Belas kasihan/ empati
kemampuan berempati dan menghargai perasaan orang lain.
9. Intuisi
kemampuan mengenali, mempercayai, dan menggunakan perasaan kuat yang muncul dari dalam, serta respons kognitif lain yang dihasilkan oleh indera, emosi, pikiran, dan tubuh.
10. Kesengajaan
mengatakan apa maksud dan tekad untuk melaksanakan apa yang kita katakan; bersedia tahan terhadap gangguan dan godaan agar dapat bertanggung jawab atas segala tindakan dan sikap.
11. Radius kepercayaan
mempercayai bahwa seseorang itu “baik”, namun tidak juga terlalu mempercayai seseorang.
12. Kekuatan pribadi
yakin dapat menghadapi segala tantangan dan hidup sesuai dengan pilihan.

 Spiritual Quotient ( SQ )
1. Pengertian
Kata spiritual memiliki akar kata spirit yang berarti roh. Kata ini berasal dari bahasa Latin, spiritus, yang berarti napas. Roh bisa diartikan sebagai energi kehidupan, yang membuat manusia dapat hidup, bernapas dan bergerak. Spiritual berarti pula segala sesuatu di luar fisik, termasuk pikiran, perasaan, dan karakter kita.
Kecerdasan spiritual berarti kemampuan seseorang untuk dapat mengenal dan memahami diri seseorang sepenuhnya sebagai makhluk spiritual maupun sebagai bagian dari alam semesta. Dengan memiliki kecerdasan spiritual berarti bisa memahami sepenuhnya makna dan hakikat kehidupan yang kita jalani dan ke manakah kita akan pergi.
Kecerdasan spiritual diyakini sebagai kecerdasan yang paling utama dibandingkan dengan berbagai jenis kecerdasan yang lain. Kecerdasan Spiritual (SQ) adalah Kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu Kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.
Kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya (hanif) dan memiliki pola pemikiran tauhidi (integralistik), serta berprinsip “hanya karena Allah”. Kecerdasan spiritual melintasi batas agama (religion). Meski demikian, pemaknaan yang mendalam dan lurus terhadap agama yang dianut akan menjadi landasan yang kuat bagi tumbuh dan berkembangnya suara hati dalam diri manusia.
2. Ciri-ciri SQ Tinggi
Zohar dan Marshall memberikan gambaran bagaimana tanda-tanda orang yang memiliki SQ tinggi, yaitu :
a) Kemampuan bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif).
b) Tingkat kesadaran yang tinggi.
c) Kemampuan menghadapi dan memanfaatkan penderitaan.
d) Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa takut.
e) Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai.
f) Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu.
g) Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal (berpandangan holistik).
h) Kecenderungan nyata untuk bertanya: “mengapa?” atau “bagaimana jika?” untuk mencari jawaban yang mendasar
i) Pemimpin yang penuh pengabdian dan bertanggungjawab.
j) Kemampuan menghayati keberadaan Tuhan.
k) Memahami diri secara utuh dalam dimensi ruang dan waktu
l) Memahami hakekat di balik realitas.
m) Menemukan hakikat diri
n) Tidak terkungkung egosentrisme.
o) Memiliki rasa cinta.
p) Memiliki kepekaan batin.
q) Mencapai pengalaman spiritual: kesatuan segala wujud, mengalami realitas non-material (dunia gaib).


Kecerdasan

Kecerdasan

 Pengertian Kecerdasan
Kecerdasan merupakan salah satu anugerah besar dari Allah SWT kepada manusia dan menjadikannya sebagai salah satu kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dengan kecerdasannya, manusia dapat terus menerus mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya yang semakin kompleks, melalui proses berfikir dan belajar secara terus menerus. Dalam hal ini, sudah sepantasnya manusia bersyukur, meski secara fisik tidak begitu besar dan kuat, namun berkat kecerdasan yang dimilikinya hingga saat ini manusia ternyata masih dapat mempertahankan kelangsungan dan peradaban hidupnya.
Lantas, apa sesungguhnya kecerdasan itu ? Sebenarnya hingga saat ini para ahli pun tampaknya masih mengalami kesulitan untuk mencari rumusan yang komprehensif tentang kecerdasan. Dalam hal ini, C.P. Chaplin (1975) memberikan pengertian kecerdasan sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif. Sementara itu, Anita E. Woolfolk (1975) mengemukan bahwa menurut teori lama, kecerdasan meliputi tiga pengertian, yaitu :
(1) kemampuan untuk belajar;
(2) keseluruhan pengetahuan yang diperoleh;
(3) kemampuan untuk beradaptasi dengan dengan situasi baru atau lingkungan pada umumnya.

 Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan, diantaranya :
1. Lingkungan
2. Biologis
3. Budaya
4. Bahasa
5. Masalah Etika




 Macam-macam Kecerdasan
Menurut Thomdike, kecerdasan manusia terbagi menjadi tiga, yaitu :
 Kecerdasan Abstrak : Kemampuan memahami simbol matematika atau bahasa.
 Kecerdasan Konkret : Kemampuan memahami objek nyata.
 Kecerdasan Sosial : Kecerdasan untuk memahami dan mengelola hubungan manusia yang dikatakan menjadi akar istilah kecerdasan emosional.
Charles Handy menyebutkan bermacam-macam kecerdasan, diantaranya : Kecerdasan Logika (menalar dan menghitung), Kecerdasan Praktek (kemampuan mempraktekkan ide), Kecerdasan Verbal (bahasa komunikasi), Kecerdasan Musik, Kecerdasan Intrapersonal (berhubungan ke dalam diri), Kecerdasan Interpersonal (berhubungan ke luar diri dengan orang lain) dan Kecerdasan Spasial.
Pakar Psikologi Howard Gardher dan Associates mengatakan bahwa bermacam-macam kecerdasan manusia diantaranya : Kecerdasan Visual / Spasial, Kecerdasan Natural (kemampuan untuk menyelaraksan diri dengan alam), atau Kecerdasan Linguistik (kemampuan membaca, menulis, berkata-kata), Kecerdasan Logika (menalar atau menghitung), Kecerdasan Kinestik / Fisik (kemampuan mengolah fisik seperti penari, atlet, dll), Kecerdasan sosial yang dibagi menjadi Intrapersonal dan Interpersonal.


Jumat, 20 November 2009

Perjalanan tak berujung!! Mudik sendirian?? Kesasarrrr...!!!

Krik…krik…krik..
Rasanya sudah sejam aku mondar-mandir dikamar ini, padahal baru sekitar lima menitan. Wuzz… Angin meniupku ketika aku berjalan ke kamar mandi, jilbabku tersibak. Sesampai di kamar mandi, upsss…aernya entong!! Uh… yaudah, aku cuma gosok gigi plus cuci muka aja. Kembali ke kamar, ambil baju ganti. Terus kembali ke kamar mandi, ganti baju. Udah selesai. Balik lagi ke kamar. Ndeprok. Berdiri lagi. Diluar sana hujan deres…! Di dalam sisi aku kebingungan. Pengen mudik sih, tapi.. Hmmm, udah jam tiga lebih beberapa menit. Hari ini tak seperti biasanya, aku yang biasanya mudik nebeng masku, sekarang ga’ bisa, soalnya dia hari ini ga’ berangkat kuliah. Lantas…aku disuruh pulang sendiri. What???!! Ga’ ada tebengan ke wates! Jadi, aku harus melakukan sesuatu yang sama sekali belum pernah kulakukan. What’s it?? NgeBis!!!! Oke, aku harus membulatkan tekadku untuk memijakkan kakiku di dalam bis. Tapi… Apa aku bisa? Apa aku berani? Gimana kalo aku nanti kesasar? Gimana kalo aku ilang? Huss…pikiranku aneh-aneh. Secara aku belum pernah ngebis sendirian.. Jangankan dari joga sampe wates.. Lha dari alun-alun wates sampe rumahku tawangsari aja aku ga’ berani naek angkot. Bayangkan betapa takutnya aku untuk memulai perjalanan ini. Huh. Beberapa menit kemudian, hujan sedikit reda, masih gerimis sih. Aku udah siap. Tinggal pake sepatu aja. Di depan kamar aku ndeprok lagi. Rasanya bimbang banget. Antara melanjutkan perjalanan atau kembali ke kamar dan tidur. Tulilit tulilit…hapeku berbunyi. “Dhek, ngko nek wis terang sms yo..” sms dari masku. Yaps…dia mau njemput aku. Hmm…setelah dipikir-pikir, aku putuskan untuk melanjutkan perjalanan dengan mengantongi uangku yang tinggal sebelas ribu rupiah. Batinku, ini akan jadi pengalaman ngBis pertamaku, plus aku akan bikin kejutan buat orang rumah. Hehee. Ambil payung. Lanjutkan!
Tiba di depan maskam UGM, tempat dimana kata dia disitu tempat buat ngadang bis. Di nyuruh aku naek bis jalur 15 sampe Gamping, trus ke watesnya bisa naek jogja-wates atau bis gedhe patas gitu. Oke. Aku lakukan. Nunggu bis. Penuh kekhawatiran yang luar biasa. Ga’ lama aku berdiri di situ, bis jalur 15 datang, aku naek. Fiuuhhh…aku duduk terdiam di dekat jendela. Apa yang akan saya lakukan? Diam. Aku masih dipenuhi rasa was-was. Kuputuskan untuk menenangkan hati, aku baca al-ma’surat aja. Udah selesai satu kali, aku ulangi lagi dari depan. Belum juga sampai di tengah bacaan, si kenek njawil-njawil aku, oia…aku belum mbayar ya. Ops. 2500 melayang ke tangannya. Udah agak ga’ mood lagi buat nglanjutin baca al-ma’surat. Aku smsan sama si dia yang jadi petunjuk arahku. Haduh…tiba-tiba perutku mules. Tolelelet eolelelett…Ibuku telpon, beliau bilang kalo mas rendy bakalan njemput. Ops… Aku bilang aja ga’ usah di jemput sekarang soalnya masih hujan deres. Trus aku putus telponnya. Hmm… aku kan pengen kasih kejutan. Tolelelettt… ibuku telpon lagi, beliau Tanya sekarang aku ada dimana, ya aku ga’ bisa boong lah. Aku bilang aku dah di dalam bis. Hehee. Haduh, ga’ jadi bikin kejutan dong nih.. Ah. Hiks.hiks. Dalam kegelisahan dalam batinku membaca surah al-fatihah. Terus aja kaya’ gitu. Hingga akhirnya aku melihat tulis gamping gamping gamping di pinggir jalan. Hmm…aku bingung aku harus turun dimana. Kata dia ntar si kenek bakalan teriak-teriak gamping gamping gitu, trus aku turun. Tapi sedari tadi si kenek diem aja. Aku kan ga’ ngerti jalan, ntar kalo aku turun disini trus aku salah jalan gimana? Aku bingung. Hmm…bis berhenti, semua penumpang turun, kecuali aku yang masih sok cool dalam kebimbangan. Huh… ah ikut-ikutan turun aja lah. Bismillah, aku turun. Hup.
Hujan masih deres. Mmmm…kata dia aku suruh nyebrang ke selatan, trus car ibis ke wates. Lhah…aku kan turun di pertigaan, aku ga’ ngerti mana utara selatan barat timur, yang kutau cuma atas bawah. Aku lari lari kecil nyebrang ke tempat yang teduh. Ga’ tau meski ngapain. Tiba-tiba aja ada bis jogja-wates berhenti di depanku, aku langsung naik tanpa berpikir panjang lagi. Hehee. Setelah beberapa menit aku duduk di deket jendela, aku terbengong-bengong, tadi kan jalan wates km 5, harus nya km nya semakin gedhe, tapi kok ini semakin kecil. Opsss…. Ya Allah… aku salah arah. Hrusnya tu aku nyebrang ke sisi yang lain, bukan kesitu tadi. Ini mah aku kembali ke jogja. Haduh… Mau turun tapi dah terlanjur jauh aku berjalan, aku kan ga’ ngerti jalan. Hiks.hiks. Aku cuma bisa nahan perutku yang semakin mules. Sambil smsan ma si dia, ngadu ke dia kalo aku kesasar. Dia panik juga. Rinda…rinda.. Rinda kok o’on gini ya, batinku. Aku juga sms masku, bilang kalo aku salah arah. Hahaa. Dalam kegelisahan yang dahsyat ini aku masih mencoba buat ketawa. Sampai di terminal Giwangan. Semua penumpang turun. Tinggal aku yang polos tengak-tengok kanan kiri, semua turun, haruskah aku turun? Hiks. Aku ga’ ngerti. Dhek, mau kemana? Tanya bapak tua yang ada di sudut sana. Wates,pak. Jawabku singkat dengan dipenuhi rasa malu yang gueeedheee banget. Oooo.. jawab bapak itu. Membuatku semakin bingung, apa maksudnya? Terus aku Tanya lagi, bisa kan pak?? Beliau jawab, ya ntar ikut yang gamping aja, bisa. Hmmm…agak lega sih, tapi tetep aja ga’ ngerti apa maksudnya. Duhh..
Tataraaaa…. Bis puter-puter jalan yang ga’ aku mengerti. Ternyata aku sampai di tempat yang tadi dimana aku turun dari bis jalur 15. Semua turun lagi. Hiks.Hiks. Aku turun ga’ ya..? Si bapak tadi njawil aku, Dhek mau ke wates kan, turun disini terus naik bis yang itu lho yang di depan yang warna biru jogja-wates. Oooo….gitu to.. Ya,pak.. Matur nuwun,pak.. Hup. Aku turun. Masih gerimis, Lari-lari kecil ke bis yang dimaksud bapak tadi. Di depan bis ada bapak-bapak yang teriak Wates-wates gitu. Wowww… seakan aku mendapat barokah, mataku berbinar-binar. Dengan semangat 45 aku naik bi situ, duduk di deket jendela lagi. Liat tetes-tetes hujan di luar sana. Hmm.. Alhamdulillah..batinku. Bis melaju. Waktu dah menjelang maghrib. Dalam bis gelap, ga; ada lampu. Aku ga’ bisa baca al-ma’surat lagi. Yah.. aku cuma bisa melafalkan al-fatihah, kali ini ga’ lagi dalam hati, ini benar-benar aku lafalkan pelan-pelan, sebagai wujud syukurku. Hmm…
Sampai sentolo. Aku sms orang rumah, meyakinkan bahwa aku tidak hilang. Hahahahaa.. Aku seneng bangettt.. Aku lanjutin baca al-fatihah sambil senyam-senyum, ga’ peduli apa yang diobrolin para penumpang yang berisik itu. Aku cengar-cengir, kadang juga senyum sendirian sambil melongok keluar. Bodo’ amat lah, disini kan gelap, ga’ keliatan aku ngapain, apalagi aku kan kulitnya gelap, jadi enjoy aja. Hehee…
Turun di depan terminal wates. Menghela nafas panjang. Syukurku tak henti. Aku seneeeeenggg banget, akhirnaya kau sampai wates juga. Aku sms masku, suruh njemput di depan rumah makan saiyo sapto. Aku jalan kaki sendirian dalam remang-remang lampu jalanan. Ada dua pria tengah baya yang menghampiriku sambil membawa motor dan mengulurkan helm ke arahku. “Dhek, kok dhewekan, arep nandi? Kene takterke” ucapnya. Mboten, matur nuwun. Huhhmmm aku ga’ ngerti lagi deh itu tukang ojek atau orang iseng atau apa. Huh. Ga’ lama aku duduk di tepi jalan depan rumah makan saiyo, masku datang sambil ketawa, ga’ salah lagi ngetawain adheknya yang hampir ilang. Hahaha. Aku ikutan ketawa juga. Disepanjang jalan aku ma dia Cuma ketawa-ketawa ga’ jelas gitu. Hahaa.
Sampai di rumah. Tataraaaaaaa….. mamak bapak aku tekan ngomah!!!! Aku teriak-teriak ga’ inget kalo itu dah menjelang isya’.. Udah kaya’ pemenang marathon tingkat internasional. Suheri banget… Sungguh heboh sendiri. Pokoknya kau seneng banget. Hari ini hari paling berkesan. Belum juga aku lepas sepatu, aku langsung ambil telpon, aku hubungi si dia yang sedari tadi nemenin aku dalam perjalanan hebohku. Tiga kali di telpon, ga’ diangakat. Ops… aku baru inget, dia kan sedang kenduri. Yaudah aku ganti baju dulu. Sekitas setengah jam kemudian aku telpon lagi, cerita panjaaaaangggg tentang kisahku tadi.. Hahaaa. Makasih ya mas…

Rabu, 18 November 2009

jeprat-jepret dulu






me and myKanca...

masa-masa menjadi maba... Luarbiasa! dasyat! pinjem kamera sampe lupa ga' belum dikembaliin.. Hehee.. Afwan..


makrab? sedikit foto ajah ya..





Haiii....
sepenggal poto-poto makrab jawa 09!!!
ni die kelas B yang puaaaallliiinggggg amburadul...
liat deh...!!
temukan aku disitu (jika ada)







Rabu, 11 November 2009

UTS PAI.... ohhh... via email??!!

MID SEMESTER MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

1. Definisi agama menurut pengalaman keberagamaan saya :
Berdasar pada pengalaman keberagamaan saya, terutama dalam perbandingan antara bergaul dengan sesama muslim dan bergaul dengan nonmuslim. Ketika beragul dengan mereka yang seiman dengan saya, saya merasakan suatu jalinan kebersamaan yang luar biasa. Hal ini wajar saja terjadi, karena kami dalam satu naungan, yaitu Islam. Meski acap kali saya temukan beberapa perbedaan prinsip ataupun ritual fisik di antara kami. Dan ketika saya bergaul dengan nonmuslim, saya juga merasakan kebersamaan, namun hanya terbatas sosial belaka, tidak pada peribadatan layaknya pergaulanku dengan sesama muslim. Dari sedikit pengalaman tersebut, saya mengartikan agama adalah suatu kepercayaan kita sebagai manusia kepada Sang Pencipta. Agama diyakini dalam hati, yang akan tampak pada ritual-ritual ibadah. Agama membawa kita pada suatu rasa nyaman dan kenikmatan yang luar biasa ketika kita bersama dengan mereka yang seagama dengan kita (disini ditekankan pada peribadatan).
2. Alasan mengapa manusia harus mengenal Allah :

Pepatah mengatakan bahwa “tak kenal maka tak sayang”. Hal itu berlaku pada kasus ini, jika kita tidak mengenal Allah maka kita pun tak bisa menyayangi Allah. Dan jika kita tidak mempunyai rasa sayang kepada Allah, maka kita pun tak akan mampu untuk menjalankan semua perintah-Nya dan mejauhi semua larangan-Nya. Dari uraian pendek ini, saya tarik kesimpulan : manusia harus mengenal Allah karena dengan begitu manusia akan mampu bertaqwa.
3. Arti penting penciptaan manusia :
Dalam surah Az-Zariat ayat 56 disebutkan bahwa :
“Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar supaya menyembah-Ku”.
Dari ayat tersebut jelaslah bahwa manusia diciptakan semata untuk beribadah. Dan semestinya harus dipahami lebih luas makna ibadah itu apa. Jika yang dimaksudkan ibadah adalah ritual rukun Islam semata (sahadat,solat jakat puasa, dan haji), maka niscaya makna ibadah dalam kontek penciptaan manusia di dunia ini mestilah sempit. Makna lain dalam penciptaan manusia adalah sebagai khalifah (pemimpin). Nah dalam konteks inilah manusia akan mempunyai fungsi penting yakni kehadirannya akan membawa rahmat bagi alam dan isinya, hanya jika manusia telah sesuai dengan fitrahnya dan telah sampai kepada jatidirinya atau esensinya manusia itu apa.


Love??

Love gives naught but itSelf and take naught but from itSelf.

Love prossesses not nor would be it be prossessed.
For love is susufficient into love

sepining dina iki

Sepining dina iki,
Apa marga kowe bali?
Sepining dina iki,
Ati rasa pati.

Wong sewu daketung siji.
Kabeh mau ora muni.
Sepining dina iki,
kapan aku bali?

polahe wong kang nandang tresna

Ingsun tansaya bingung
Apa kareping ati
Kang tansah kumantil samubarang endah
Landhep panggraita
namung awujud tetembungan
nora ana kanyatane

Tanggap cipta sasmita uga
Nandya Ingsun ngerteni
Iku dudu patrape satriyatama
Nanging ingsun nora ngerteni
apa kang dadi kareping ati
Pikir saha ati, kapan ta dadi siji??